January 14, 2011

Chapter 1 - The Magician

Gelap. Aku tidak bisa melihat apapun.

Aku berlari. Terus berlari.

'Dimanakah cahaya yang selalu kuimpikan?'

Aku berlari. Terus berlari. Hingga suatu saat, aku melihat seberkas cahaya.

Cahaya!

Aku berlari ke arah cahaya itu. Berharap akan melihat dunia. Dunia yang tidak dipenuhi kegelapan.

Namun yang kulihat adalah pembantaian. Potongan tubuh berserakan dimana-mana. Dan darah telah menodai lantai dan tembok di koridor ini.

Aku berjalan menyelusuri koridor ini dan mendapati seorang wanita, terkulai ketakutan di lantai. Ekspresi wajahnya seakan-akan telah melihat suatu monster.

Tidak.. Jangan melihatku seperti itu..

Tidak!!!


...


Aku terbangun dari mimpi burukku. Jantungku berdetak dengan kencang dan keringat telah membasahi seluruh kaosku. Aku menarik nafas, untuk menenangkan diri.Secara tak sadar aku meletakkan lenganku di kepala.

Mimpi buruk itu sudah sering kualami. Mungkinkah mimpi buruk ini merupakan potongan dari ingatanku?

Setelah mulai tenang, aku menyalakan lampu tidur di sebelahku dan melihat ke arah jam di sebelahnya. Jam 3 pagi?

Kemudian aku bangkit berdiri, berjalan ke arah lemari pakaian, dan mengambil pakaian ganti. Kemudian aku melepaskan pakaianku (dan pakaian dalamku) yang telah basah oleh keringat. Wow, bahkan diruangan dengan AC ini, pakaianku bisa basah seperti ini..

Setelah mengganti pakaianku, aku berjalan ke kulkas kecil di kamarku dan mengambil botol air mineral.

Baru dua teguk, intercom di kamarku berbunyi.

"Amber!"

Terdengar suara seorang wanita memanggil namaku. Sebenarnya itu bukan nama asliku, tapi merupakan nama panggilan yang diberikan kepadaku.

"Tunggu sebentar, Maya!"

Aku segera berjalan ke arah pintu dan membukanya. Seorang peneliti wanita berdiri di depan pintu. Ia adalah Maya, wanita yang bertugas untuk mengurus kebutuhanku dan mencatat segala hal yang berhubungan dengan penelitian terhadap diriku.

Aku ditransfer ke [Lost] Research and Development cabang timur dua tahun yang lalu. Dan aku sendiri tidak ingat apapun sebelum aku ditransfer ke sini. Saat itu, aku diperlakukan sebagai objek penelitian (bahkan tidak punya privasi), kecuali oleh Maya. Berkat dialah aku mendapatkan kamar ini dan (sedikit) privasi. Sepertinya Maya berjuang sangat keras untuk mendapatkan hak pengawasan total atas diriku.

"Amber! Chimera! Chimera!"

"M-Maya. Tenangkan dirimu dulu!"

*Maya menarik nafas panjang*

"Dua Chimera telah lepas! Sepertinya peneliti yang mengawasinya telah lalai. Penjaga telah dikerahkan, namun sampai sekarang Chimera itu belum dapat di atasi."

"Ah.. Aku mengerti."

Itu berarti aku harus menghadapi Chimera itu. Dan tentu saja data pertarunganku dengan Chimera itu akan dicatat.

"Ayo, Maya!"

Aku menarik tangan Maya dan berjalan ke arah elevator. Tentu saja tujuanku adalah lantai V, yaitu Breeding Room. Kamarku sendiri berada pada Living Quarter pada lantai II.

Aku masuk elevator itu bersama Maya, dan kemudian menuju ke bawah. Kemudian aku memejamkan mataku untuk berkonsenstrasi.

Chimera, merupakan mahluk hidup buatan. Para peneliti di LRD ini berusaha untuk membuat mahluk yang bisa melawan [Lost] yang bisa dikendalikan. Masih jauh dari sukses, Chimera yang dihasilkan sebagian besar langsung mati, atau bertahan hidup tidak sampai sebulan. Adapun Chimera yang berhasil, biasanya tidak dapat dikendalikan. Pada dasarnya Chimera merupakan gabungan dari hewan dengan [Lost] Essence, ekstrasi dari [Lost]. Namun, baru-baru ini kuketahui bahwa Chimera itu ada yang berasal dari.. manusia.

*Ting*

Terdengar suara elevator, tanda telah sampai ke lantai V. Pintu lift terbuka, dan terlihat beberapa penjaga yang terluka meringis kesakitan.

Melihat dari kerusakan yang ditimbulkan, pasti Chimera yang terlepas cukup kuat.

"Sial.."

Terdengar suara seorang penjaga yang terluka parah. Aku berjalan mendekati penjaga itu, sementara Maya mulai mengobati penjaga-penjaga lain yang terluka.

"Apa yang terjadi?" tanyaku kepada penjaga itu.

"Dua ekor Chimera lepas! Kami mencoba menghentikannya, tapi gagal. Bahkan Anti-Lost telah dikerahkan kesini."

"Anti-Lost.."

Anti-Lost adalah pasukan elit dengan tugas utama menghancurkan [Lost]. Tentu saja kemampuan mereka diatas rata-rata, karena mengatasi [Lost] tidak sama seperti mengatasi monster biasa.

Aku mengambil dua pistol dari dua mayat penjaga di depan pintu Breeding Room. Kemudian aku mengambil amunisi secukupnya dari box amunisi di sebelahnya.

"Hati-hati, Amber!"

Maya terlihat khawatir.

"Tentu saja, Maya!"

Aku tersenyum kepadanya. Kemudian aku berpaling dan masuk ke Breeding Room.

Mengerikan. Terdapat noda darah dimana-mana.

Aku mengikuti jejak darah tersebut. Instingku mengatakan bahwa dengan mengikuti jejak ini, pasti akan menemukan Chimera yang terlepas itu.

Dan instingku benar. Terdengar suara teriakan seorang pria. Seekor Chimera, terlihat seperti seekor harimau yang besar, sedang memakan seorang penjaga hidup-hidup. Penjaga itu berteriak dengan histeris, karena tangannya dicabik-cabik taring Chimera itu. Tak lama, penjaga itu mati. Chimera itu kemudian memakan penjaga itu. Menjijikan sekali.

Tiba-tiba Chimera itu melihat ke arahku. Kemudian dia melemparkan mangsanya ke samping, dan berlari ke arahku.

Melihat hal itu, aku mulai menembakinya dengan kedua pistolku. Aku melakukan [Burst]. Secara tidak sadar, aku memproduksi sebuah medan elektromagnetis yang memasukkan listrik statis ke dalam peluru yang kutembakkan, sehingga peluru itu melaju lebih cepat. Yah, itu sih kata para peneliti, sementara aku sendiri tidak mengerti kenapa aku bisa menggunakan [Burst] itu.

Chimera itu memiliki [Lost's Barrier], sejenis pelindung yang lazim dimiliki oleh [Lost], sehingga peluruku hanya membentur pelindung tersebut. Namun aku terus menembaki Chimera itu tanpa henti.

Menembak dan mengisi peluru kembali.

Aku melakukan hal tersebut dengan cepat, sambil menghindari serangan Chimera itu. Mataku dapat menangkap gerakan cakarnya yang begitu cepat. Yah, manusia biasa mungkin tidak bisa menghindarinya, namun aku tidak merasa bahwa diriku adalah manusia. Tidak, dengan kemampuan seperti ini.

Pada akhirnya pelindung Chimera tersebut hancur. Aku segera melaju ke arahnya dan melakukan sebuah tendangan ke arahnya. Tendangan berhasil membuat tubuh Chimera tersebut terpental ke tembok.

Aku tidak membuang waktu, segera melompat dan melakukan tendangan di atas kepala Chimera itu. Kemudian, setelah sampai ditanah, aku melakukan tiga tendangan lagi ke arah Chimera tersebut.

Tendangan-tendangan ini merobek kulit Chimera itu dan berhasil menyingkapkan Core dari Chimera tersebut.

[Core] merupakan inti dari [Lost] yang memancarkan sinar yang indah. Jika [Core] ini dihancurkan, [Lost] akan kehilangan bentuknya dan menghilang, atau dengan kata lain [Lost] tersebut akan mati.

Kembali sadar, setelah sejenak terlena oleh keindahan sinar dari [Core] Chimera itu, aku menembakkan sebuah peluru ke [Core] tersebut. [Core] itu pecah dan tubuh Chimera tersebut hilang perlahan-lahan menjadi sinar.

...
Chimera ini mati. Chimera yang tadinya manusia ini.. Aku telah membunuhnya..

Aku berjalan menelusuri Breeding Room, mencari Chimera kedua yang lepas. Tidak perlu beberapa lama hingga terdengar suara teriakan Chimera.

Aku segera berlari ke arah suara tersebut.

Menjijikan.. Pada ruangan tempat suara tersebut berasal.. Terdapat banyak potongan tubuh penjaga dan bercak darah yang berceceran.

"Buruanku!"

Seorang pria berteriak dengan lantang.

Seekor Chimera yang terluka, melompat dari samping, disusul oleh seorang pria yang sedang menyerangnya. Dia mengayunkan pedang besarnya yang dengan cepat mengenai Chimera tersebut. Chimera itu beberapa kali mencoba menyerang pria itu dengan cakarnya, namun pria tersebut berhasil menangkis serangan Chimera tersebut.

Seragam itu.. Anti-Lost!

Ternyata benar, bahwa anggota Anti-Lost adalah pasukan elit. Bahkan aku pun mungkin tidak bisa menangkis serangan cakar Chimera sebesar itu.

Kembali pada pertarungan di depanku, akhirnya Lost tersebut terjatuh setelah terkena serangan yang cukup kuat.

"Cih. Jadi hanya segini kemampuan Chimera kebanggaan LRD Timur?"

Pria itu kemudian menebas-nebas Chimera yang sudah hampir mati itu, hingga darahnya bercipratan kemana-mana. Tiba-tiba dia menoleh ke arahku.

"Apa yang kaulakukan di sini, gadis kecil?

Pria itu menyeringai.

"Hoo.. Senjata biologis dari LRD Timur?"

Dia kemudian langsung melaju ke arahku, hendak menyerangku!

Aku mencoba menembakinya, namun gerakannya tidak bisa ditebak. Tak satu pun peluruku yang mengenainya. Apa yang harus kulakukan? Beberapa detik lagi, dia akan menebasku!

Pria itu mengangkat pedangnya dan mengayunkannya ke arahku. Namun, tepat sesaat sebelum pedang itu mengenaiku, terdengar suara tembakan yang mengenai pedangnya.

"Apa yang kau lakukan bodoh?"

Terlihat seseorang Anti-Lost lain sedang mengarahkan pistolnya ke pria tersebut.

"Apa kau lupa apa misimu kali ini?"

Pria tersebut menurunkan senjatanya, kemudian membetulkan letak kacamatanya.

"Cih."

"Misi kita di sini telah selesai. Saya harap laporannya besok sudah ada di meja saya. Atau kau memiliki pendapat lain, eh, Rawl?"

"Tidak, Kapten!"

"Bagus."

Sang Kapten berjalan ke arahku dan terus berjalan tanpa menghiraukanku. Rawl, terlihat sedikit kesal, menyusul di belakangnya.

Chimera yang tergeletak di lantai itu perlahan lenyap ditelan cahaya.

"Amber!"

"Maya?"

"Kau tidak apa-apa? Tidak ada yang terluka?"

Maya terlihat kelelahan. Sepertinya dia berlari cepat-cepat ke sini karena khawatir akan diriku.

"Tidak apa-apa, Maya! Namun sepertinya aku perlu mandi.."


...


Empat jam telah berlalu dari kejadian penuh darah tadi.

Hari ini Maya mengajakku mengunjungi Elenia untuk membeli perlengkapan bagi dirinya. Yah, sebenarnya sih karena kepala LRD Timur, Valent, ada urusan di kota ini. Mengenai Valent, dia adalah peneliti jenius yang menganggap manusia adalah objek penelitian. Karena itulah dia dengan mudahnya melakukan percobaan Chimera pada manusia. Mungkin saja urusannya adalah.. memperoleh kelinci percobaan..

"Amber! Ayo kita ke toko itu!"

Maya menarik tanganku ke sebuah toko pakaian.

"Akan kubelikan baju yang imut untukmu!"

Maya tersenyum. Yah, jarang-jarang aku bisa berjalan-jalan bersama Maya di luar gedung LRD. Pada akhirnya Maya membelikanku sebuah kaus, dengan gambar serigala yang imut. Aku dan Maya kemudian melanjutkan rekreasi kami ke berbagai toko hingga siang hari pun tiba.

"Hati-hati, Amber. Saat ini sedang diadakan Festival Kemakmuran di Elenia. Jadi pastikan kamu berada di dekatku supaya kita tidak terpisah."

"Tentu saja, Maya."

Tak berapa lama berjalan, kami sampai pada pusat Festival Kemakmuran. Musik lokal terdengar dari kejauhan dan keramaian dapat dirasakan.

"Ngomong-ngomong, Maya. Siang ini kita akan makan ap-"

Aku menoleh kebelakang, dan mendapati Maya tidak berada di sana! Yah, kalau dipikir lagi, Maya memang agak ceroboh. Bahkan di LRD pun dia bisa tersesat.

Tiba-tiba aku tersadar akan suatu masalah yang cukup besar. Seluruh uang perjalanan dipegang oleh Maya! Dan ini artinya aku tidak bisa makan siang, sebelum menemukan Maya.

"Maya.."

Ugh, perutku sudah lapar. Aku segera berjalan tanpa arah, berharap menemukan Maya. Namun pada akhirnya aku terseret oleh keramaian dan tidak menemukan Maya sama sekali.

Aku berhasil keluar dari keramaian, dan kemudian berjalan, melanjutkan pencarian Maya. Namun tiba-tiba seseorang menabrakku dari belakang.

"Kya!"

Aku menabrak seseorang di depanku. Entah mengapa, aku tidak bisa mempertahankan keseimbanganku hingga akupun terjatuh.

"Kau tidak apa-apa?"

Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Baru pernah seorang pria menawarkan bantuan kepadaku. Aku menerima uluran tangannya dan berdiri perlahan. Setelah berdiri, aku merapikan rambutku dan pakaianku yang terkena tanah kering.

"Kau tidak apa-apa?"

Pria itu bertanya lagi. Ah- Apa yang harus kulakukan?

Aku menjawab pria itu dengan mengangguk perlahan.

"Baguslah kalau begitu."

Sepertinya dia tersenyum. Apakah dia menganggap diriku sebagai seseorang yang aneh?

"Sebaiknya berhati-hati karena di sini cukup ramai."

Aku mengangguk perlahan. Kemudian aku melihat ke arahnya. Seorang pria, tidak terlihat kuat, namun juga tidak terlihat lemah. Di hari yang panas ini ia mengenakan kaus berwarna hitam dan celana panjang hitam.

!

Aku menoleh ke arah kanan secara tiba-tiba. Aku harap pria itu tidak menganggapku aneh, karena dari tadi terus melihatinya. Ternyata di sebelahku terdapat sebuat patung yang indah.

"Cantiknya."

Ini patung Elena, Dewi Kemakmuran yang dipuja oleh penduduk Elenia. Paling tidak itu yang tertulis di bawah patung ini.

"Kupikir demikian. Patung ini terlihat seakan-akan hidup!"

Pria itu ikut mengomentari Patung Elena. Patung ini memang terlihat hidup dan memancarkan suatu aura yang menyenangkan. Detil patung ini juga menunjukkan bahwa pematungnya merupakan orang yang ahli.

"Growl.."

!

Aku kaget. Perutku berbunyi karena lapar. Aku merasakan kedua pipiku terbakar oleh malu.

"Hh... Taiyaki?"

Sambil menahan tawa, dia mengambil Taiyaki dan menawarkannya kepadaku. Aku malu-malu mengambilnya dan memakannya pelan-pelan mulai dari kepalanya. Enak juga..

"Manisnya..."

Kataku spontan karena kelezatannya. Taiyaki ini baru pernah kumakan, karena di LRD, makananku selalu diatur oleh Maya. Walaupun Maya kadang-kadang melanggarnya dengan membawakan makanan yang lezat-lezat. Ah, ngomong-ngomong aku lupa mengucapkan terima kasih.

"T-terima kasih."

Dia tersenyum, dan menawarkan Taiyaki lagi. Namun kurasakan seseorang memegang pundakku dari belakang.

"Urusan kita disini sudah selesai."

Spontan aku menoleh kebelakang.. Valent!

"Ya."

Tanpa kusadari, raut wajahku berubah menjadi sedikit gelap. Valent berjalan kembali ke LRD dan aku mengikutinya di belakangnya.

Sesampainya di LRD, aku mendapati Maya telah sampai duluan. Dia meminta maaf kepadaku karena ada urusan penting (perintah dari Valent). Tentu saja perintah Valent adalah prioritas, dan aku mengerti alasan tersebut.

Pada dasarnya, hari ini cukup indah, sampai Valent merusaknya.

Setelah itu aku menjalani rutinitas seperti biasa: pemeriksaan kesehatan, pengecekan kemampuan, dan berbagai pelajaran dasar. Kemudian aku memutuskan untuk tidur lebih awal karena lelah.


...


Aku terbangun karena mimpi yang aneh. Berbeda dengan mimpi buruk yang biasa kualami, aku memimpikan pria yang tadi siang. Aneh sekali.. Oh ya, aku lupa menanyakan namanya.

Setelah mulai sadar, aku menuju ke kamar mandi, dan kemudian menjalankan ritual kesukaan wanita : mandi.

Setelah mandi, baru saja aku hendak kembali tidur, sebelum kudengar suara alarm berdering, tanda ada penyusup masuk. Dan sekilas aku mengingat wajah pria itu. Eh? Kenapa ya?

Berdasarkan informasi dari penjaga, penyusup itu berada di Lantai V, Breeding Room. Sepengetahuanku, hari ini merupakan hari tugas dari Maya untuk mengawasi keadaan Chimera-Chimera yang ada di Breeding Room. Aku bergegas turun ke Lantai V tersebut, sambil berharap tidak terjadi apa-apa terhadap Maya.

Pintu elevator terbuka, dan kudapati beberapa penjaga tergeletak di lantai. Pintu ke Breeding Room telah dibuka dengan paksa.

Aku segera mengambil pistol dari penjaga yang tergeletak, lengkap dengan amunisi yang akan kugunakan. Kemudian aku berlari ke arah Breeding Room.

Di dalam Breeding Room, terdapat beberapa penjaga yang tergeletak di lantai. Namun aku tidak melihat adanya noda darah pada penjaga tersebut.

Perasaanku tidak enak.. Aku segera berlari menuju Control Room di ujung Breeding Room. Control Room merupakan sebuah ruangan yang cukup kuat untuk menahan serangan Chimera yang mengamuk. Peneliti biasanya menggunakan ruangan itu untuk membuat dan mengawasi Chimera.

Maya, semoga kamu tidak apa-apa.

Akhirnya aku sampai pada pintu Control Room. Dari luar, terdengar tawa mengerikan dari Valent. Aku memegang dadaku. Perasaanku semakin tidak enak.. Kemudian aku membuka pintu Control Room.

Aku tidak percaya apa yang kulihat:

Pria tadi siang, sekarang mengenakan jaket hitam. Ia memegang kepala Maya dengan tangan kanannya dan membakar Maya hidup-hidup! Apinya cukup besar hingga menutupi seluruh tubuh Maya!

"Maya!"

Aku berteriak karena terkejut akan kejadian ini. Kemudian pria tersebut melihat ke arahku.

"Kau.."

Pria itu terkejut setelah melihatku.

Terbakar rasa amarah, aku segera berlari ke arah pria tersebut...