November 7, 2010

Chapter 0 - The Fool

Elenia, Kota Kemakmuran


Terletak di bagian timur Kerajaan Celestial, Elenia merupakan salah satu daerah yang subur.Legenda mengatakan bahwa kesuburan ini berasal dari Elena, Dewi Kemakmuran. . walaupun menurut pengamatanku, kunci dari kesuburan tanah di kota ini adalah sistem irigasi dan sistem pertanian yang maju. Dengan kesuburan tanah yang luar biasa ini, Elenia berhasil menyuplai 70% kebutuhan pangan untuk Kerajaan Celestial. Tentu saja, kita dapat menemukan restoran dengan mudahnya di kota ini. Ada satu restoran yang telah berdiri cukup lama : Morning Glory, dengan menu andalannya : Mie Tiga Rasa. Penduduk dari berbagai kota di Kerajaan Celestial sering datang jauh-jauh ke Elenia, hanya untuk Mie Tiga Rasa ini.

Morning Glory belum lama dibuka, tapi pengunjung sudah memadati restoran ini. Beruntung aku datang cukup cepat, sehingga bisa mendapatkan tempat duduk disini. Tentu saja, aku memesan menu andalan dari restoran ini. Sayang sekali headmaster tidak bisa menikmati Mie Tiga Rasa ini =). Setelah memesan, aku melihat ke sekelilingku, dan melihat keramaian di restoran ini (aku tidak suka akan keramaian). Sebagian besar orang yang datang ke sini memesan berbagai macam menu yang ada di restoran ini untuk makan pagi, entah bersama keluarga, sahabat, mitra bisnis, ataupun pacar. Namun terjadi keanehan pada meja disebelahku. Dua orang berandalan, satu besar dan satu lagi agak kurus, dan seseorang yang mengenakan jas labolatorium Lost Research and Development (divisi khusus untuk meneliti Lost, disingkat LRD) sedang berbicara dengan serius. Mereka datang lebih dulu, dan waktu telah berlalu sekitar 5 menit, tapi di meja tersebut tidak terlihat menu apapun, selain air yang disediakan pada masing-masing meja.

"Kalian akan diberikan kesempatan kedua,," kata peneliti LRD itu. "Saya harap ‘barang’ itu ada paling lambat akhir hari ini. Tentu kalian tahu apa yang akan terjadi jika barang tersebut tidak ada pada akhir hari ini bukan?"

Berandalan yang bertubuh besar hanya mengangguk, dengan wajah yang agak takut. Peneliti LRD itu kemudian bangkit berdiri dan berjalan keluar Morning Glory. Dan dua berandalan itu hanya duduk terpaku.

"B-bagaimana ini boss?" kata berandalan yang bertubuh kurus tiba-tiba bertanya.

"Kita lakukan saja seperti biasa." kata sang Bos, sambil menenangkan dirinya.

Menarik sekali. Rupanya rumor, tentang penculikan manusia untuk eksperimen LRD benar-benar terjadi di Elenia. Dan pelakunya adalah dua berandalan ini.

"Permisi," kata salah satu pelayan wanita. "Pesanan Anda, Mie Tiga Rasa? Silakan dinikmati," katanya sambil menaruh semangkuk Mie Tiga Rasa.

"Heh? Kami tidak memesan apa-apa!" kata sang bawahan.

"Hm? tapi ini untuk meja nomor enam kan?" jawab pelayan itu sedikit ketakutan karena dipelototi oleh berandalan yang berbadan besar.

"Ah, mungkin itu pesanan saya," kataku sambil menunjukkan nomor meja yang kutempati.

"Sembilan? M-maafkan saya!" kata pelayan itu kepada aku dan dua berandalan itu. Sementara itu dua berandalan itu melihat ke arahku, namun tidak kupedulikan.

"Tidak apa-apa, Lily," kataku sambil tersenyum.

"Huee? Apakah kita pernah bertemu?" tanya pelayan itu kebingungan, sambil menaruh Mie Tiga Rasa di mejaku.

"Name tag?" kataku sambil menunjuk ke arah name tag di dada pelayan itu.

Wajah pelayan itu memerah. "Selamat menikmati," katanya sambil membungkukkan badannya dan kembali ke belakang. Aku harap dia tidak salah sangka. . . Kemudian aku menyantap Mie Tiga rasa itu. Benar-benar kaya akan cita rasa! Sepertinya rahasianya terdapat pada tiga jenis daging yang digunakan dalam mie ini! Aku menyantap Mie Tiga Rasa itu sambil mendengarkan percakapan dua berandalan itu.

"Tapi Bos, kita tidak bisa melakukannya seperti biasa. Sudah sejak minggu lalu patroli malam diperketat oleh para City Guardian." keluh bawahan itu.

"Tidak mungkin kita langsung menculi-" belum selesai dia berbicara, sang bos memukulnya hingga terjatuh dari kursinya, mengenai meja disebelahnya.

"Bodoh! Daripada kau mengeluh, lebih baik kita langsung bekerja saja!" bentak sang bos, sambil berjalan menuju pintu keluar. Peristiwa ini menarik perhatian dari pengunjung dan pemilik Morning Glory, namun mereka memilih diam dan melanjutkan urusan mereka masing-masing. Sementara sang anak buah memegang pipinya yang lebam karena dipukul bosnya. Dan sambil menahan sakit, dia mengikuti bosnya keluar dari Morning Glory.


“...”



Berandalan itu. . menumpahkan setengah Mie Tiga Rasa-ku! Aku segera menyusul mereka keluar sambil menahan amarah. Setelah berhasil menyusulnya, aku memegang pundak sang bawahan dari belakang.

"Hm?" sang bawahan menoleh ke belakang. "Apa urusanmu, Brengsek!" katanya kemudian.

"Mie Tiga Rasa-ku. . . tumpah. . ." kataku.

"Jadi?" tanya sang bos.

"Ganti. . ."jawab ku.

"Bagaimana jika kami tidak mau menggantinya, bedebah?" balas sang bos kemudian dengan menyebalkannya.

"Tidak mau mengganti. . ?" kataku kemudian. Aku pun tersenyum. Senyuman yang cukup mengerikan.

"Tidak!" jawab sang bawahan sambil menepak tanganku. Sementara aku menarik nafasku.

"Kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa? Kami adalah-"


Belum selesai dia berbicara, tubuhnya terlempar cukup jauh. Tanpa dia duga, aku melancarkan [Soaring Dragon] kepada dirinya. Serangan ini dapat mementalkan tubuh lawan berukuran apapun ke atas dengan mudah. Namun aku tidak menggunakan api kali ini (berandalan tersebut bisa mati).

"Kau!" kata sang bos agak kaget, dan mengeluarkan pisau dari saku jaketnya.

"Mati kau!" teriaknya sambil menyerangku dengan pisaunya.

Serangan lurus yang dapat kubaca dengan mudah! Aku menepisnya dengan tangan kiriku dan segera memukul dagunya. Ajaran dari master : tidak ada mahluk hidup (termasuk manusia) yang dapat berdiri setelah terkena serangan di dagunya. Berandalan itu langsung KO. Kemudian aku memeriksa barang bawaannya. Aku melihat tato di tubuhnya. Ternyata ini pemimpin dari grup bandit yang tadi pagi. Mereka mengancam akan merusak sistem irigasi kota jika tidak mendapatkan permintaannya. Tentu saja mereka juga sudah kuberesi. Kemudian. . . Dompet! Aku mengambil beberapa Zeil (mata uang Kerajaan Celestial), melemparkan dompet beserta sisa uangnya ke atas tubuh berandalan yang tergeletak itu, dan kemudian aku kembali ke Morning Glory untuk membayar Mie Tiga Rasa yang tumpah tadi.


. . .


Sedikit kesal, aku memutuskan untuk membuang waktu di tengah Kota Elenia. Kebetulan, saat ini penduduk Elenia sedang mengadakan Festival Kemakmuran tahunan. Kemeriahan Festival ini, dialuni dengan musik lokal, serasa merasuki tubuhku. Kehidupan, eh? Aku berjalan-jalan sebentar, dan menemukan makanan yang jarang dijual di Guild : Taiyaki! Aku segera memesan 10 buah dan kemudian melanjutkan wisataku sambil menyantap Taiyaki yang manis ini.

Terlihat beberapa orang berkumpul di dekat sebuah patung. Tertarik, aku segera menuju ke arah patung itu. Wow. . . Aku mengamatinya dan menyimpulkan bahwa pembuat patung ini cukup handal. Detail dan lekukan tubuhnnya membuat patung ini seakan-akan hidup. Senyuman dari patung berwujud wanita setengah serigala ini begitu cantik.

"Tolong. . ."

. . . ? Sepertinya ada yang meminta tolong? Aku melihat sekeliling, tapi tidak ada orang yang kelihatannya membutuhkan pertolongan, Mungkin hanya imajinasiku? Aku melanjutkan melihat patung tadi, karena saat melihatnya, aku merasakan sesuatu yang merindukan. . .

"Kya!"

Tiba-tiba aku ditabrak seseorang dari belakang. Untung saja Taiyakinya tidak sampai jatuh. Aku melihat kebelakang dan mendapati seorang gadis terjatuh di belakangku.

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku sambil tersenyum.

Kemudian aku mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Gadis itu malu-malu melihat ke arahku. Kemudian dia menerima uluran tanganku dan berdiri perlahan. Setelah berdiri, gadis itu merapikan rambutnya dan membersihkan pakaiannya yang terkena tanah.

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku lagi. Gadis pemalu menjawab pertanyaanku dengan mengangguk perlahan.

"Baguslah kalau begitu." kataku tersenyum.

"Sebaiknya berhati-hati karena di sini cukup ramai."

Gadis itu mengangguk perlahan. Kemudian dia melihat ke arah patung Elena. Dia terlihat sangat mengaguminya.

"Cantiknya." katanya terkagum akan keindahan patung itu.

"Kupikir demikian. Patung ini terlihat seakan-akan hidup." kataku sambil melanjutkan makan Taiyaki.

Dilihat berapa kalipun, patung ini benar-benar cantik. Aku kembali melihat ke arah gadis itu, dan ternyata dia sedang mengamatiku dengan seksama. "Grwl. . !" terdengar suara perut keroncongan. Gadis itu langsung tertunduk malu. Lucu sekali. Aku menahan tawaku karena tidak sopan mengetawai seorang gadis yang tidak kukenal.

"Hh... Taiyaki?"

Sambil menahan tawa, aku mengambil Taiyaki dan menawarkannya ke gadis itu. Gadis itu malu-malu mengambilnya dan memakannya pelan-pelan mulai dari kepalanya. Imut sekali o(≧∇≦o).

"Manisnya..." kata gadis itu. "T-terima kasih." katanya kemudian.

Aku tersenyum, dan menawarkan Taiyaki lagi, berharap bisa melihat kejadian imut yang barusan. Namun kulihat seorang peneliti LRD, mendekatinya dan memegang pundaknya dari belakang. Hei, dia ini peneliti yang tadi pagi.

"Urusan kita disini sudah selesai." kata peneliti itu.

Kaget, gadis itu menoleh kebelakang. "Ya." jawabnya singkat. Ekspresi wajahnya berubah menjadi agak gelap.

Peneliti itu kemudian berjalan menjauh dariku, disusul oleh gadis itu dibelakangnya. Hmm. . . Apakah gadis ini korban eksperimen atau mungkin hasil eksperimen? Sambil berpikir, aku kembali ke penginapan untuk beristirahat.

Dan haripun berganti malam. . .

Kota Elenia di waktu malam terlihat sangat sepi, berbeda dengan pagi tadi. Malam ini, hanya ada aku yang sedang berjalan ke arah Fasilitas Lost Research & Development cabang Timur, untuk menyelesaikan misiku di kota ini. Aku harus menghentikan percobaan manusia yang dilakukan oleh LRD. Tentu saja, kliennya merupakan Walikota Elenia, yang tidak punya kekuatan apa-apa untuk menghentikannya. Konspirasi. Penjaga kota Elenia disogok oleh LRD dan tentu saja patrol yang mereka lakukan hanya formalitas.

Dan inilah dia, Fasilitas LRD! Akhirnya, setelah berjalan selama 30 menit. . . Anehnya dalam perjalanan tidak kutemui Lost yang seharusnya ada di sepanjang jalan menuju Elenia. Mungkin digunakan dalam eksperimen? Seandainya teori ini benar. . .akan sangat merepotkanku dalam penyelesaian misi ini. . .


. . .


Pintu masuknya hanya dijaga oleh dua orang penjaga. Namun aku tidak akan lewat situ, terlalu mencolok. Aku memutari fasilitas ini, mencoba mencari jalan masuk lain. Dan. . .selokan ?! Dibunuh master pun aku tak akan masuk lewat situ! Aku meencoba mencari jalan masuk selain selokan. . . Lubang ventilasi? Dari lubang ini keluar bau bahan-bahan kimia yang cukup menyengat. Kebetulan ukuran lubang ini cukup untuk tubuhku. Tanpa pikir panjang lagi, aku segera masuk lubang tersebut. Yang ada di dalam pikiranku adalah “Cepat selesaikan misi ini dan kemudian bermalas-malasan di guild. . .”

May 29, 2010

Prologue - The First Phase

"Maafkan aku, karena telah menyeretmu kedalam kekacauan ini." Suaranya terdengar sedih. "Relic ini akan melindungimu dari mantra itu." katanya sambil mengalungkan kalung kesayangannya. Belum sempat aku berbicara, dia segera memelukku, kemudian menciumku. "Harapan terakhirku adalah bisa bertemu denganmu lagi." Air mata mulai membasahi pipinya. Kemudian ia menyeka air matanya, lalu menyentuh Relic di dadaku. Seketika itu juga muncul Barrier disekitarku. "Nee, apakah kau mencintaiku?" tanyanya sambil tersenyum. Senyum terakhirnya sebelum kehancuran Arcadia. Senyum terakhirnya sebelum fase pertama selesai. Senyum terakhirnya yang tidak akan pernah kulihat lagi. . .



. . .



Aku terbangun ditengah reruntuhan kristal mana Arcadia. Sebagian besar kristal tersebut sudah tidak berpendar lagi, karena digunakan sebagai katalis untuk fase pertama. Kristal di Relic yang diberikannya telah pecah, dugaanku karena telah menahan ledakan sihir yang berasal dari kristal-kristal mana. Luka-lukaku sudah berhenti mengeluarkan darah, namun bisa saja berbahaya jika tidak segera dirawat. Kepalaku terasa berat. Aku mencoba melihat sekitar, tapi tidak kutemukan tanda-tanda kehidupan. Berusaha untuk tetap tenang, aku bersandar di pilar terdekat, sambil mengumpulkan tenaga.



Fase pertama telah terjadi, sesuai ramalan. Dalam satu malam, Arcadia, beserta segala kemegahannya hancur. Tidak ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa di Arcadia. Seluruh jiwa penduduknya (termasuk hewan-hewan yang ada) telah digunakan sebagai katalis dalam fase pertama. Despair. Dapatkah kau bayangkan, kota yang ceria ini dalam satu malam menjadi kota mati. .

"Semuanya salahmu, karena kau begitu lemah. . Kematiannya. Kehancuran kota ini. Semuanya salahmu, karena kau begitu lemah. ."



Suaranya terdengar berulang-ulang di telingaku. Suara iblis di hatiku.



. . .



Tertatih-tatih, aku berjalan ke arah Pharmacy terdekat, dengan maksud untuk merawat luka-lukaku. Untungnya, tidak kutemui Lost di dalam perjalananku ke sana. Namun, sesampainya di sana, kudapati pemiliknya tergeletak di tanah. Tubuhnya masih utuh, tanpa luka. Namun jiwanya. sudah hilang. .



Aku mengambil beberapa botol obat dan juga perban untuk merawat lukaku. Selesai merawat luka, aku mencoba melihat ke luar lewat jendela. Dalam pikiranku hanya ada satu hal: Pergi dari Arcadia, sebelum semakin banyak Lost berkumpul. Paling tidak setelah keluar dari kota, hewan-hewan liar di Hutan Fellwood masih lebih mudah dihadapi dibandingkan Lost. Namun, aku melihat sesosok Lost sedang berjalan ke arah Pharmacy Posisinya hanya berjarak beberapa meter dari toko ini. Sialnya, aku meninggalkan pedangku disekitar reruntuhan Kastil Arcadia. Melawan Lost dengan tangan kosong sama saja dengan bunuh diri. Keadaan tidak akan pernah bisa menjadi lebih baik daripada saat ini, pikirku.



Tanpa membuang waktu, aku mencoba mencari senjata di toko ini. Sebilah pedang yang tidak mengandung sihir, sepertinya hanya untuk dekorasi saja. Daripada tidak ada samasekali... Selanjutnya aku menghitung jarak dari Pharmacy ke pintu gerbang kota. Kira-kira duaratus langkah. Bagai jarak terpanjang yang harus kulalui dalam hidupku.



Aku segera keluar dari Pharmacy dan berlari menerjang Lost itu dari belakang. Beruntung barrier-nya lemah sehingga aku berhasil membunuhnya dengan satu serangan. Namun Lost tersebut berteriak dengan kencang sebelum ia mati. Sial, Lost lainnya akan segera menuju ke sini. Tanpa membuang waktu lagi, aku segera berlari ke arah gerbang kota, sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhku. Dalam perjalanan, aku menebas beberapa Lost level rendahan sambil terus berlari. Satu-satunya hal yang kupikirkan adalah bertahan hidup.



Tinggal sedikit lagi. .



"Cih."



Sialnya aku menemukan seekor Lost menjaga gerbang utara kota, berbeda dengan Lost yang dari tadi kumusnahkan, Lost yang ini lebih tinggi dan besar. Lost itu melihatku dan segera berlari sambil melancarkan serangan ke arahku. Serangan yang dilancarkannya begitu lambat, namun aku tidak mampu menghindar karena luka-luka yang kuderita. Serangannya kutangkis dengan pedangku, namun serangannya begitu kuat sehingga aku terhempas menghantam tembok di sebelahku. Beberapa rusukku patah. Sementara diriku sudah berada di ambang batas. . Batas yang bernama "kelelahan". .



Pandanganku mulai kabur. . Dan kesadaranku mulai hilang. . Aku merasakan kematian sudah mulai mendekatiku. .



Apakah aku akan berakhir disini ?

April 15, 2010

Quotable Quote 

Isinya tentu saja quote dari berbagai pihak.
Sebenernya sudah ada hardcopynya, dan post #2 ini sebagai soft copynya dimana kemungkinan terjadi musibah pada hard copy lalu hilanglah quote dari berbagai pihak yang berkepentingan.

February 16, 2010

First Night

Blog, may be a person live journal.
Tujuan dari blog ini untuk berbagi cerita, ide, dan delusi yang dihasilkan dari kinerja 10% otak saya. Blog ini  akan berisi hal-hal yang SFW, ada lah sedikit NSFW, tapi ga sampe H.

Ada satu quote (satu-satunya yang saya pelajari di hari ini) dari dosen yang berkotbah di depan kelas.
"Kalau kamu punya ide, ya kamu tulis, biar tahu isi dan kesalahannya. Kalau tidak ditulis, ya cuma jadi angan-angan saja."
Bagai invicible hand yang menampar muka saya. padahal saya cuman dengerin
Kalo gitu saya mulai blog yang ditunda-tunda terus dari kapan hari ini.