January 30, 2011

Chapter 2-The High Priestest

Nasib selalu menghianatiku dalam hidupku.
Dan sekarang pun, ia kembali menghianatiku..

---

"Hahaha! Jadi benar, bahwa kau adalah seorang pembunuh!"

Valent tertawa histeris melihatku membakar Maya dengan tanganku. Dia menginjeksikan Lost Essence, katalis dari pembuatan Chimera, ke dalam tubuh Maya. Dan sekarang, aku membakarnya untuk menghentikan mutasinya menjadi Chimera.

Dan, seakan tidak cukup, kesialanku hari ini bertambah.

Pintu ke Control Room ini terbuka. Di depan pintunya terdapat seorang gadis yang kuharap tidak bertemu dengannya di sini.

"MAYA!"

Gadis itu berteriak histeris setelah melihatku sedang membakar Maya.

"Kau.."

Amarah terlihat di wajahnya. Gadis yang kuberikan Taiyaki tadi siang, sekarang sedang berlari ke arahku, penuh dengan rasa amarah dan rasa ingin membunuh yang kuat.

"Hahaha! Bagus, Amber!"

Jadi namanya Amber..

Valent tertawa karena merasa bahwa dirinya telah lolos dari situasi yang tidak menyenangkan. Chimera kebanggaannya kukalahkan dengan mudah. Dengan bantuan Elena, yang mengaku sebagai Dewi Kemakmuran Elenia, aku berhasil menyelamatkan beberapa 'kelinci percobaan' yang diculik dari Elenia.

Misiku hampir saja berhasil, sebelum Valent yang putus asa menginjeksikan Lost Essence ke diri Maya. Kejadian ini..seperti yang pernah kualami dulu.

Gadis itu telah sampai di depanku dan dia langsung menyerangku dengan tendangannya. Tentu saja aku menghindari tendangan tersebut. Arah tendangan itu mudah dibaca, karena dia termakan amarah.

Aku melepaskan Maya dan meninggalkan sedikit apiku yang membakarnya. Api yang kutinggalkan akan cukup untuk membakar sisa-sisa Lost Essence yang terdapat di dalam tubuhnya.

Serangan Amber sendiri tidak berhenti sampai di tendangan itu. Ia mengeluarkan pistolnya, dan kemudian menghujaniku dengan peluru. Aku berguling dan kemudian berlari dengan cepat ke arah samping untuk menghindari hujan tembakan itu.

Pada suatu saat, pelurunya habis. Amber segera melompat ke belakang sambil mengisi kembali pistolnya. Tentu saja itu adalah kesempatanku.

Aku segera berlari ke arahnya. Amber terkejut, karena dia tidak menduga bahwa aku cukup cepat. Kurang dari sedetik, aku sampai di depannya, dan kemudian mengeluarkan pedang yang daritadi kupegang dengan tangan kiriku. Dalam sekejap mata, aku menebas kedua pistol Amber dengan kecepatan yang mengagumkan.

Amber terkejut, dan memberikanku kesempatan untuk menyerangnya, namun aku tidak menyerangnya. Tak lama dia sadar dan melancarkan tendangan-tendangan ke arahku. Aku menghindarinya ke arah belakang, dan segera membuat sebuah jarak ke dirinya.

"Kenapa? Padahal kau bisa membunuhku dengan mudah!"

"Aku.. tidak akan melukai seorang wanita!"

Prinsipku.. atau lebih tepat disebut penebusanku.

"Lalu kenapa kau membakar MAYA!"

Teriak Amber marah. Dia seakan tidak percaya akan prinsipku.

"Mengenai itu.. Aku melakukannya karena hal tersebut diperlukan."

"Kenapa?! Kau membunuhnya karena hal tersebut diperlukan?"

Air mata.. keluar dari matanya yang indah, membasahi wajahnya yang imut.

"Membunuhnya? *hehe* Kenapa kau tidak memeriksa Maya terlebih dahulu."

Mendengar hal tersebut, Amber segera melihat ke arah Maya, yang telah dibersihkan dari Lost Essence (oleh apiku). Tentu saja, karena tujuan api tersebut bukan untuk membunuh, tubuh Maya tidak apa-apa, tidak terbakar sama sekali.

Aku berharap dia berhenti menyerangku. Aku benar-benar tidak ingin melukainya.

"B-bagaimana mungkin.."

Amber segera berlari ke arah Maya. Sementara, aku menyarungkan kembali pedangku.

"Maya! Kau tidak apa-apa?"

Amber mengguncang-guncangkan tubuh Maya. Dan Maya pun tersadar. Seperti yang tadi sudah kubilang, Maya tidak mati.

"Am-ber.."

"Maya!"

Amber memeluk Maya dan menangis terharu.

"Ah.. Seingatku, aku.."

Maya mengingat kembali kejadian sebelum dirinya kubakar.

"Bagaimana mungkin.."

Maya kebingungan akan keadaannya. Aku sendiri sedang berjalan ke arah Amber dan Maya.

"Aku menggunakan apiku untuk menghancurkan Lost Essence di tubuhmu."

Aku menjelaskan metodeku kepada Maya.

"Bedebah itu! Disaat terdesak melakukan hal tersebut kepadamu..."

Aku geram. Pengecut itu melarikan diri di tengah kesalahpahamanku dengan Amber.

"Valent!"

Amber terlihat marah. Kemudian dia berpaling ke arahku.

"T-terima kasih!"

Amber mengatakan itu dengan malu-malu. Dia telah kembali menjadi gadis imut yang tadi siang.

"Tidak apa-apa."

Aku tersenyum kepadanya.

"Lagipula, tadi kau marah sekali, sampai-sampai aku tidak bisa menjelaskannya."
"Ngomong-ngomong, tidak lama lagi tempat ini akan hancur. Sebaiknya kalian tinggalkan tempat ini secepatnya."

Aku menganjurkan hal tersebut kepada mereka. Memang, beberapa saat lagi LRD East ini akan hancur.. karena kesalahan Elena. Dia menyentuh tombol *yang seharusnya tidak disentuh* dan mengakibatkan generator fasilitas meleleh.

Aku kemudian berjalan ke arah pintu Control Room. Selama kejadian tadi, Valent telah lari dari Control Room. Aku harus menangkapnya hidup-hidup dan juga mengambil hasil penelitian Chimera miliknya.

"Hei!"

Amber memanggilku. Dia dan Maya berjalan menghampiriku.

"M-maafkan aku. Aku telah salah paham dan menyerangmu, um.."

Dia meminta maaf sambil tertunduk ke bawah. Imut sekali..

"Arctest. Silakan panggil aku Arctest."

Aku memperkenalkan diriku kepadanya.

"Iya.. Um.. Arctest."

Imut sekali gadis ini..

Kemudian aku berjalan bersama mereka ke arah elevator untuk melindungi mereka. Mengesampingkan Amber, Maya tentu saja merupakan target empuk dari Chimera-Chimera yang tadi telah dilepaskan Valent.

Aku merasakan adanya Chimera yang akan menyerang kami. Dan instingku benar, beberapa Chimera kecil menyerang kami.

"Tolong lindungi Maya!"

Aku menebas mereka satu persatu, sementara Amber (yang telah mengambil senjata dari mayat penjaga) menembaki Lost yang mendekat ke arahnya. Peluru yang ditembakkan olehnya, sepertinya berbeda dengan peluru biasa, karena dapat menghancurkan [Barrier] dari [Lost] tersebut.

Kawanan [Lost] tersebut dapat dikalahkan dengan mudah. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke arah elevator. Sesampainya di sana, aku melihat lampu 'B5' menyala, dan suara elevator terdengar. Aku segera menyiapkan diri, kalau-kalau keluar musuh dari dalam elevator itu.

Pintu elevator terbuka.. dan terdapat seorang gadis setengah manusia setengah serigala di dalamnya.

"Elena!"

"Hm? Arctest!"

Elena segera memelukku.

"Kenapa kau kembali ke sini?"

Seingatku, aku telah mengimstruksikannya untuk mengantar 'kelinci percobaan' sampai ke Elenia dengan selamat.

"Aku kan khawatir.. *lagi pula fasilitas ini akan hancur karena diriku* "

Bagian terakhir hampir saja tidak dapat kudengar karena suaranya terlalu kecil. Elena terlihat menyesal (?) dan telinga serigalanya terkulai ke bawah.

"Y-ya, tidak apa-apa."

Mau marah, tapi batal, karena Elena terlalu cantik. Kemudian aku mengusap-ngusap kepalanya.

"Hei! Jangan mengusap-ngusapku seakan-akan aku binatang peliharaanmu!"

Elena mencoba memukulku, namun aku menghindarinya. Merasa gagal, dia mencoba lagi, dan aku menghindarinya lagi.

"Kamu.. Saat wanita memukulmu, kamu harus menerimanya.."

Elena menggerutu kesal.

"Enak saja!"

---

Aku mengingat kembali saat dimana aku bertemu dengannya. Satu jam yang lalu, saat aku sedang mencari 'kelinci percobaan' (penduduk Elenia), aku mendengarkan seorang wanita meminta tolong dari belakang pintu Storage Room. Dan yang kulihat di dalamnya adalah, seorang gadis, setengah serigala, tidak sadarkan diri. Dia dirantai dengan rantai yang mengandung Sealing Magic yang biasa digunakan untuk mengikat monster.

Aku memotong rantainya dengan pedangku, dan seketika itu juga, ia sadar.

"Aku.. telah menunggumu..."

Dia mengatakan itu sebelum akhirnya kembali pingsan.
Kemudian, setelah sekitar lima belas menit, dia sadar dan memperkenalkan dirinya.

Elena, Dewi Kemakmuran kota Elenia.

Kemudian aku menarik informasi bahwa dia sedang berusaha menyelamatkan penduduk Elenia, walaupun akhirnya dia tertangkap dan diikat oleh Sealing Magic itu.

Pada akhirnya dia membantuku menyelesaikan misiku, yang sejalan dengan tujuannya.

---

Tiba-tiba terdengar sebuah suara tembakan . Aku segera mendorong Elena menjauh, sementara peluru itu mengenai tubuhku.

"Ugh.."

Walaupun jaket ini terbuat dari Mithril, tetap saja benturan dari peluru itu terasa sakit. Dan lagi, suara tadi bukan berasal dari sebuah pistol, tapi senapan laras panjang.

"Arctest!"

Elena dan Maya berteriak bersamaan, sementara Amber terlihat kaget. Amber langsung bersiaga dan mencoba mencari asal tembakan tersebut.

"Aku tidak apa-apa! Lebih baik kita segera keluar dari sini!"

Walaupun sebenarnya sakit, tapi aku memprioritaskan keselamatan mereka. Amber sepertinya terlatih untuk menghindar, tetapi Maya bukan seorang petarung dan Elena sendiri baru saja lepas dari segelnya satu jam yang lalu. Walaupun tadi aku telah melihatnya bertarung, Elena pada dasarnya tidak dapat bertarung dengan optimal.

Suara tembakan kembali terdengar. Aku refleks mendorong mereka berdua ke arah elevator. Amber sendiri sepertinya telah menyimpulkan bahwa lari untuk masuk elevator merupakan keputusan yang bijak. Dan pada akhirnya, kami berhasil masuk ke elevator dan naik ke lantai I.


Namun, tanpa diduga, seseorang telah menunggu kami di lantai I.

Pintu Elevator terbuka di lantai I. Kami segera keluar dan berjalan ke arah Lobi dari LRD-East ini.

Empat ekor Lost kecil, tiba-tiba berlari ke arah kami. Aku memusnahkan mereka sekali tebas, karena waktu kami semakin sempit. Kemudian kami terus berjalan, dan mendapatkan sesuatu yang tak terduga: Seorang pria besar, mengenakan seragam Anti-Lost, telah memenggal kepala Valent!

Darah berceceran dimana-mana. Menarik sekali.

Maya yang tidak kuat melihat mayat Valent, memegang mulutnya dengan refleks dan segera memalingkan wajahnya ke samping. Sementara Amber terlihat kaget. Mungkin menyesal karena sekarang tidak bisa memukul Valent, eh? Dan terakhir, Elena terlihat tidak peduli.

"Hoo. Apa yang kita dapatkan disini?"

Pria itu memecah kesunyian setelah semuanya shock melihat mayat Valent (yang pantas mati itu).

"Apa yang kaulakukan disini, gadis kecil?"

Aku melihat ke arah Amber dan Amber sendiri terlihat kaget. Mungkin Amber mengenalnya?

"Kau... Anti-Lost yang tadi pagi!"

"Kau mengingatnya? Bagus!"

Pria berbadan besar itu kemudian mengambil pedangnya yang tertancap di tanah. Dan kemudian dia melaju ke arah Amber, hendak menebasnya. Namun aku dengan cepat menahan serangannya dengan pedangku.

"Penyusup, rupanya."

"Anti-Lost membunuh anggota LRD? Menarik sekali."

"Hahahahaha! Itu termasuk misi kami disini. Temukan hasil penelitian Chimera dan hancurkan fasilitas ini. Dan jangan sampai ada saksi."

Konspirasi. Pasti ada seseorang dibelakang aksinya.

Kemudian aku menyiapkan [Attack Stance I - Observe], salah satu dari [Sword Mistress' Stances] yang telah kupelajari.

"Hoo.. Kuda-kuda yang menarik. Mari kita lihat, siapa yang terkuat diantara kita!"

Pria tersebut berlari membawa pedang besarnya ke arahku. Aku juga segera berlari ke arahnya, dan pedang kami pun saling beradu. Dia mengayunkan pedangnya secara vertikal dari atas dan aku berhasil menahan serangannya. Namun, benturan pedangnya penuh dengan tenaga dan aku menahannya sampai salah satu kakiku menyentuh tanah.

"Ho?"

Dia menambah tekanan pada pedangnya. Segera kubelokkan pedangnya ke tanah, dan kemudian memutar dari samping ke belakangnya untuk menebasnya. Namun pria tersebut mengetahui apa yang akan kulakukan. Dia berputar ke belakang pedangnya (yang tertancap ke tanah)dan menendang pedangnya. Seranganku gagal mengenai punggungnya.

Dia segera mengangkat pedang yang tertancap tersebut dan melakukan tebasan-tebasan menyerong dengan cepat. Dan, untuk menghemat tenaga, aku menghindari tebasan-tebasan itu dengan jarak setipis rambut.

Namun aku sadar, aku tidak akan menang jika hanya menghindari serangannya. Dan lagi, waktu kami untuk meloloskan diri semakin sempit. Karena itulah aku mencari sebuah celah..

Bukannya kesempatan yang kudapat, aku malah melakukan suatu kesalahan. Entah kenapa, aku merasa tidak bisa menghindari sebuah serangannya, dan malah menahan serangan itu dengan pedang. Tapi tubuhku terpental karena benturan pedang besarnya.

"Ugh.."

"Hoo.. Baru kali ini kulihat ada pedang yang tidak hancur setelah terkena serangan dari [Core Crusher] ini."

Apakah pedang itu salah satu dari.. Sword Relic? Di dunia ini terdapat tujuh Sword Relic, peninggalan peradaban kuno yang lebih maju daripada kita sekarang. Dan pedang yang kubawa, [Seiran], adalah Relic milik master.

"Arctest!"

Kali ini Elena meneriakkan namaku. Dia dan Amber hendak menyerang pria itu.

"Jangan menggangu pertarunganku dengannya!"

Pria itu mengangkat [Core Crusher] miliknya. Kemudian, [Core Crusher] tersebut bersinar pada jalinan Rune di badan pedangnya. Kemudian pria itu menancapkan [Core Crusher] ke tanah. Seketika itu juga, Amber dan Elena terjatuh ke tanah. Dan mereka berdua terlihat kesakitan, di tekan gravitasi.

"Apa yang kau lakukan!"

Aku marah, segera bangkit berdiri dan menebasnya dengan kecepatan maksimal. Pria itu
menghindari tebasanku dengan segenap kekuatannya, namun tetap mengenai wajah dan sebagian tubuhnya.

"Ugh.."

"Apa kau pikir dengan [Relic] itu kau bisa menang dariku?"

Amber dan Elena masih terlihat kesakitan ditekan gravitasi. Sepertinya seranganku tidak menghentikan kemampuan dari [Core Crusher] itu.

Aku akan mengakhiri ini secepatnya! Aku mengubah kuda-kudaku ke [Attack Stance II - Rush] dan melaju ke arah pria tersebut.

Aku melancarkan berbagai serangan dengan cepat, lima kali lebih cepat dari kecepatan awalku. Ini semua berkat [Seiran], yang memproduksi angin yang membantu pergerakanku. Dan pria tersebut kewalahan menghindari seranganku. Lebih dari separuh seranganku mengenainya.

"Kau!"

Pria itu mengangkat [Core Crusher] miliknya. Dan inilah saatnya!

Dalam sekali pengamatan, aku mengambil kesimpulan bahwa cara kerja [Core Crusher] adalah aktivasi, lalu ditancapkan ke tanah. Maka pada saat seperti inilah aku harus menyerangnya.

"Habislah kau.."

<Kyoufuu Kantsuu> adalah sebuah serangan yang akan menembus apapun. Dengan serangan ini, habis lah pria itu!

Namun, sebelum <Kyoufuu Kantsuu> mengenainya, pedangku tiba-tiba mental terkena tembakan. Dan pria tersebut tersenyum, penuh rasa kemenangan. Dia berhasil menancapkan Core Crushernya ke tanah. Dalam waktu singkat, kumpulan gravitasi menekan tubuhku, memaksa ku jatuh ke tanah.

"Apa yang kau lakukan, Rawl?"

Seorang pria berkacamata berjalan dari arah elevator. Dia mengenakan seragam Anti-Lost, dengan kerah berwarna merah, tanda seorang Kapten. Di tangan kanannya terdapat sebuah senapan laras panjang, yang menunjukkan bahwa dialah pelaku penembakan di depan Breeding Room tadi.

"Berhadapan dengan seorang pria dan tiga orang wanita, kau sampai terluka seperti itu?"

"Maafkan aku, Kapten. Dia memiliki sebuah [Relic]. Dan orang ini-"

"Akan kuselesaikan apa yang kau tidak bisa selesaikan.."

Si Kapten berjalan ke arah Amber dan Elena. Kemudian dia menatap mereka.

"Ha.. Hahahaha!"

Dia tertawa secara mengerikan. Seketika itu juga, dia menembakkan senapannya ke tangan Amber, kemudian ke tangan Elena. Dan keduanya berteriak kesakitan. Elena terlihat menangis, sementara Amber berusaha menahan rasa sakit. Di bawah pengaruh [Core Crusher] mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"Indah sekali.. Teriakan kesakitan.. Tangisan histeris.. HAHAHA!"

Kurang ajar! Dia adalah tipe orang yang mendapat kesenangan dari menyiksa orang lain!

"Hentikan itu!"

"Apa katamu?"

Si Kapten berjalan ke arahku. Dia terlihat terganggu.

"Diam kau!"

Dia menembakkan senapannya ke tanganku dua kali. Akupun menggertakkan gigiku, menahan sakit. Kemudian dia menginjak luka tembakan ditanganku berkali-kali. Namun, melihat diriku yang hanya terdiam menahan sakit, dia kecewa.

"Cih. Lebih baik kita sudahi saja permainan ini. Diam di situ, dan perhatikanlah dua temanmu ini mati."

Si Kapten berjalan kembali ke arah Amber dan Elena. Kemudian ia menodongkan senapannya ke kepala Amber. Amber yang pasrah pun menutup matanya.

Lagi-lagi ini terjadi.. Seseorang akan mati karena kecerobohanku.

Tapi tidak! Aku tidak akan membiarkan seorang pun mati!

Terpaksa.. Sepertinya aku harus menggunakannya...

January 14, 2011

Chapter 1 - The Magician

Gelap. Aku tidak bisa melihat apapun.

Aku berlari. Terus berlari.

'Dimanakah cahaya yang selalu kuimpikan?'

Aku berlari. Terus berlari. Hingga suatu saat, aku melihat seberkas cahaya.

Cahaya!

Aku berlari ke arah cahaya itu. Berharap akan melihat dunia. Dunia yang tidak dipenuhi kegelapan.

Namun yang kulihat adalah pembantaian. Potongan tubuh berserakan dimana-mana. Dan darah telah menodai lantai dan tembok di koridor ini.

Aku berjalan menyelusuri koridor ini dan mendapati seorang wanita, terkulai ketakutan di lantai. Ekspresi wajahnya seakan-akan telah melihat suatu monster.

Tidak.. Jangan melihatku seperti itu..

Tidak!!!


...


Aku terbangun dari mimpi burukku. Jantungku berdetak dengan kencang dan keringat telah membasahi seluruh kaosku. Aku menarik nafas, untuk menenangkan diri.Secara tak sadar aku meletakkan lenganku di kepala.

Mimpi buruk itu sudah sering kualami. Mungkinkah mimpi buruk ini merupakan potongan dari ingatanku?

Setelah mulai tenang, aku menyalakan lampu tidur di sebelahku dan melihat ke arah jam di sebelahnya. Jam 3 pagi?

Kemudian aku bangkit berdiri, berjalan ke arah lemari pakaian, dan mengambil pakaian ganti. Kemudian aku melepaskan pakaianku (dan pakaian dalamku) yang telah basah oleh keringat. Wow, bahkan diruangan dengan AC ini, pakaianku bisa basah seperti ini..

Setelah mengganti pakaianku, aku berjalan ke kulkas kecil di kamarku dan mengambil botol air mineral.

Baru dua teguk, intercom di kamarku berbunyi.

"Amber!"

Terdengar suara seorang wanita memanggil namaku. Sebenarnya itu bukan nama asliku, tapi merupakan nama panggilan yang diberikan kepadaku.

"Tunggu sebentar, Maya!"

Aku segera berjalan ke arah pintu dan membukanya. Seorang peneliti wanita berdiri di depan pintu. Ia adalah Maya, wanita yang bertugas untuk mengurus kebutuhanku dan mencatat segala hal yang berhubungan dengan penelitian terhadap diriku.

Aku ditransfer ke [Lost] Research and Development cabang timur dua tahun yang lalu. Dan aku sendiri tidak ingat apapun sebelum aku ditransfer ke sini. Saat itu, aku diperlakukan sebagai objek penelitian (bahkan tidak punya privasi), kecuali oleh Maya. Berkat dialah aku mendapatkan kamar ini dan (sedikit) privasi. Sepertinya Maya berjuang sangat keras untuk mendapatkan hak pengawasan total atas diriku.

"Amber! Chimera! Chimera!"

"M-Maya. Tenangkan dirimu dulu!"

*Maya menarik nafas panjang*

"Dua Chimera telah lepas! Sepertinya peneliti yang mengawasinya telah lalai. Penjaga telah dikerahkan, namun sampai sekarang Chimera itu belum dapat di atasi."

"Ah.. Aku mengerti."

Itu berarti aku harus menghadapi Chimera itu. Dan tentu saja data pertarunganku dengan Chimera itu akan dicatat.

"Ayo, Maya!"

Aku menarik tangan Maya dan berjalan ke arah elevator. Tentu saja tujuanku adalah lantai V, yaitu Breeding Room. Kamarku sendiri berada pada Living Quarter pada lantai II.

Aku masuk elevator itu bersama Maya, dan kemudian menuju ke bawah. Kemudian aku memejamkan mataku untuk berkonsenstrasi.

Chimera, merupakan mahluk hidup buatan. Para peneliti di LRD ini berusaha untuk membuat mahluk yang bisa melawan [Lost] yang bisa dikendalikan. Masih jauh dari sukses, Chimera yang dihasilkan sebagian besar langsung mati, atau bertahan hidup tidak sampai sebulan. Adapun Chimera yang berhasil, biasanya tidak dapat dikendalikan. Pada dasarnya Chimera merupakan gabungan dari hewan dengan [Lost] Essence, ekstrasi dari [Lost]. Namun, baru-baru ini kuketahui bahwa Chimera itu ada yang berasal dari.. manusia.

*Ting*

Terdengar suara elevator, tanda telah sampai ke lantai V. Pintu lift terbuka, dan terlihat beberapa penjaga yang terluka meringis kesakitan.

Melihat dari kerusakan yang ditimbulkan, pasti Chimera yang terlepas cukup kuat.

"Sial.."

Terdengar suara seorang penjaga yang terluka parah. Aku berjalan mendekati penjaga itu, sementara Maya mulai mengobati penjaga-penjaga lain yang terluka.

"Apa yang terjadi?" tanyaku kepada penjaga itu.

"Dua ekor Chimera lepas! Kami mencoba menghentikannya, tapi gagal. Bahkan Anti-Lost telah dikerahkan kesini."

"Anti-Lost.."

Anti-Lost adalah pasukan elit dengan tugas utama menghancurkan [Lost]. Tentu saja kemampuan mereka diatas rata-rata, karena mengatasi [Lost] tidak sama seperti mengatasi monster biasa.

Aku mengambil dua pistol dari dua mayat penjaga di depan pintu Breeding Room. Kemudian aku mengambil amunisi secukupnya dari box amunisi di sebelahnya.

"Hati-hati, Amber!"

Maya terlihat khawatir.

"Tentu saja, Maya!"

Aku tersenyum kepadanya. Kemudian aku berpaling dan masuk ke Breeding Room.

Mengerikan. Terdapat noda darah dimana-mana.

Aku mengikuti jejak darah tersebut. Instingku mengatakan bahwa dengan mengikuti jejak ini, pasti akan menemukan Chimera yang terlepas itu.

Dan instingku benar. Terdengar suara teriakan seorang pria. Seekor Chimera, terlihat seperti seekor harimau yang besar, sedang memakan seorang penjaga hidup-hidup. Penjaga itu berteriak dengan histeris, karena tangannya dicabik-cabik taring Chimera itu. Tak lama, penjaga itu mati. Chimera itu kemudian memakan penjaga itu. Menjijikan sekali.

Tiba-tiba Chimera itu melihat ke arahku. Kemudian dia melemparkan mangsanya ke samping, dan berlari ke arahku.

Melihat hal itu, aku mulai menembakinya dengan kedua pistolku. Aku melakukan [Burst]. Secara tidak sadar, aku memproduksi sebuah medan elektromagnetis yang memasukkan listrik statis ke dalam peluru yang kutembakkan, sehingga peluru itu melaju lebih cepat. Yah, itu sih kata para peneliti, sementara aku sendiri tidak mengerti kenapa aku bisa menggunakan [Burst] itu.

Chimera itu memiliki [Lost's Barrier], sejenis pelindung yang lazim dimiliki oleh [Lost], sehingga peluruku hanya membentur pelindung tersebut. Namun aku terus menembaki Chimera itu tanpa henti.

Menembak dan mengisi peluru kembali.

Aku melakukan hal tersebut dengan cepat, sambil menghindari serangan Chimera itu. Mataku dapat menangkap gerakan cakarnya yang begitu cepat. Yah, manusia biasa mungkin tidak bisa menghindarinya, namun aku tidak merasa bahwa diriku adalah manusia. Tidak, dengan kemampuan seperti ini.

Pada akhirnya pelindung Chimera tersebut hancur. Aku segera melaju ke arahnya dan melakukan sebuah tendangan ke arahnya. Tendangan berhasil membuat tubuh Chimera tersebut terpental ke tembok.

Aku tidak membuang waktu, segera melompat dan melakukan tendangan di atas kepala Chimera itu. Kemudian, setelah sampai ditanah, aku melakukan tiga tendangan lagi ke arah Chimera tersebut.

Tendangan-tendangan ini merobek kulit Chimera itu dan berhasil menyingkapkan Core dari Chimera tersebut.

[Core] merupakan inti dari [Lost] yang memancarkan sinar yang indah. Jika [Core] ini dihancurkan, [Lost] akan kehilangan bentuknya dan menghilang, atau dengan kata lain [Lost] tersebut akan mati.

Kembali sadar, setelah sejenak terlena oleh keindahan sinar dari [Core] Chimera itu, aku menembakkan sebuah peluru ke [Core] tersebut. [Core] itu pecah dan tubuh Chimera tersebut hilang perlahan-lahan menjadi sinar.

...
Chimera ini mati. Chimera yang tadinya manusia ini.. Aku telah membunuhnya..

Aku berjalan menelusuri Breeding Room, mencari Chimera kedua yang lepas. Tidak perlu beberapa lama hingga terdengar suara teriakan Chimera.

Aku segera berlari ke arah suara tersebut.

Menjijikan.. Pada ruangan tempat suara tersebut berasal.. Terdapat banyak potongan tubuh penjaga dan bercak darah yang berceceran.

"Buruanku!"

Seorang pria berteriak dengan lantang.

Seekor Chimera yang terluka, melompat dari samping, disusul oleh seorang pria yang sedang menyerangnya. Dia mengayunkan pedang besarnya yang dengan cepat mengenai Chimera tersebut. Chimera itu beberapa kali mencoba menyerang pria itu dengan cakarnya, namun pria tersebut berhasil menangkis serangan Chimera tersebut.

Seragam itu.. Anti-Lost!

Ternyata benar, bahwa anggota Anti-Lost adalah pasukan elit. Bahkan aku pun mungkin tidak bisa menangkis serangan cakar Chimera sebesar itu.

Kembali pada pertarungan di depanku, akhirnya Lost tersebut terjatuh setelah terkena serangan yang cukup kuat.

"Cih. Jadi hanya segini kemampuan Chimera kebanggaan LRD Timur?"

Pria itu kemudian menebas-nebas Chimera yang sudah hampir mati itu, hingga darahnya bercipratan kemana-mana. Tiba-tiba dia menoleh ke arahku.

"Apa yang kaulakukan di sini, gadis kecil?

Pria itu menyeringai.

"Hoo.. Senjata biologis dari LRD Timur?"

Dia kemudian langsung melaju ke arahku, hendak menyerangku!

Aku mencoba menembakinya, namun gerakannya tidak bisa ditebak. Tak satu pun peluruku yang mengenainya. Apa yang harus kulakukan? Beberapa detik lagi, dia akan menebasku!

Pria itu mengangkat pedangnya dan mengayunkannya ke arahku. Namun, tepat sesaat sebelum pedang itu mengenaiku, terdengar suara tembakan yang mengenai pedangnya.

"Apa yang kau lakukan bodoh?"

Terlihat seseorang Anti-Lost lain sedang mengarahkan pistolnya ke pria tersebut.

"Apa kau lupa apa misimu kali ini?"

Pria tersebut menurunkan senjatanya, kemudian membetulkan letak kacamatanya.

"Cih."

"Misi kita di sini telah selesai. Saya harap laporannya besok sudah ada di meja saya. Atau kau memiliki pendapat lain, eh, Rawl?"

"Tidak, Kapten!"

"Bagus."

Sang Kapten berjalan ke arahku dan terus berjalan tanpa menghiraukanku. Rawl, terlihat sedikit kesal, menyusul di belakangnya.

Chimera yang tergeletak di lantai itu perlahan lenyap ditelan cahaya.

"Amber!"

"Maya?"

"Kau tidak apa-apa? Tidak ada yang terluka?"

Maya terlihat kelelahan. Sepertinya dia berlari cepat-cepat ke sini karena khawatir akan diriku.

"Tidak apa-apa, Maya! Namun sepertinya aku perlu mandi.."


...


Empat jam telah berlalu dari kejadian penuh darah tadi.

Hari ini Maya mengajakku mengunjungi Elenia untuk membeli perlengkapan bagi dirinya. Yah, sebenarnya sih karena kepala LRD Timur, Valent, ada urusan di kota ini. Mengenai Valent, dia adalah peneliti jenius yang menganggap manusia adalah objek penelitian. Karena itulah dia dengan mudahnya melakukan percobaan Chimera pada manusia. Mungkin saja urusannya adalah.. memperoleh kelinci percobaan..

"Amber! Ayo kita ke toko itu!"

Maya menarik tanganku ke sebuah toko pakaian.

"Akan kubelikan baju yang imut untukmu!"

Maya tersenyum. Yah, jarang-jarang aku bisa berjalan-jalan bersama Maya di luar gedung LRD. Pada akhirnya Maya membelikanku sebuah kaus, dengan gambar serigala yang imut. Aku dan Maya kemudian melanjutkan rekreasi kami ke berbagai toko hingga siang hari pun tiba.

"Hati-hati, Amber. Saat ini sedang diadakan Festival Kemakmuran di Elenia. Jadi pastikan kamu berada di dekatku supaya kita tidak terpisah."

"Tentu saja, Maya."

Tak berapa lama berjalan, kami sampai pada pusat Festival Kemakmuran. Musik lokal terdengar dari kejauhan dan keramaian dapat dirasakan.

"Ngomong-ngomong, Maya. Siang ini kita akan makan ap-"

Aku menoleh kebelakang, dan mendapati Maya tidak berada di sana! Yah, kalau dipikir lagi, Maya memang agak ceroboh. Bahkan di LRD pun dia bisa tersesat.

Tiba-tiba aku tersadar akan suatu masalah yang cukup besar. Seluruh uang perjalanan dipegang oleh Maya! Dan ini artinya aku tidak bisa makan siang, sebelum menemukan Maya.

"Maya.."

Ugh, perutku sudah lapar. Aku segera berjalan tanpa arah, berharap menemukan Maya. Namun pada akhirnya aku terseret oleh keramaian dan tidak menemukan Maya sama sekali.

Aku berhasil keluar dari keramaian, dan kemudian berjalan, melanjutkan pencarian Maya. Namun tiba-tiba seseorang menabrakku dari belakang.

"Kya!"

Aku menabrak seseorang di depanku. Entah mengapa, aku tidak bisa mempertahankan keseimbanganku hingga akupun terjatuh.

"Kau tidak apa-apa?"

Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Baru pernah seorang pria menawarkan bantuan kepadaku. Aku menerima uluran tangannya dan berdiri perlahan. Setelah berdiri, aku merapikan rambutku dan pakaianku yang terkena tanah kering.

"Kau tidak apa-apa?"

Pria itu bertanya lagi. Ah- Apa yang harus kulakukan?

Aku menjawab pria itu dengan mengangguk perlahan.

"Baguslah kalau begitu."

Sepertinya dia tersenyum. Apakah dia menganggap diriku sebagai seseorang yang aneh?

"Sebaiknya berhati-hati karena di sini cukup ramai."

Aku mengangguk perlahan. Kemudian aku melihat ke arahnya. Seorang pria, tidak terlihat kuat, namun juga tidak terlihat lemah. Di hari yang panas ini ia mengenakan kaus berwarna hitam dan celana panjang hitam.

!

Aku menoleh ke arah kanan secara tiba-tiba. Aku harap pria itu tidak menganggapku aneh, karena dari tadi terus melihatinya. Ternyata di sebelahku terdapat sebuat patung yang indah.

"Cantiknya."

Ini patung Elena, Dewi Kemakmuran yang dipuja oleh penduduk Elenia. Paling tidak itu yang tertulis di bawah patung ini.

"Kupikir demikian. Patung ini terlihat seakan-akan hidup!"

Pria itu ikut mengomentari Patung Elena. Patung ini memang terlihat hidup dan memancarkan suatu aura yang menyenangkan. Detil patung ini juga menunjukkan bahwa pematungnya merupakan orang yang ahli.

"Growl.."

!

Aku kaget. Perutku berbunyi karena lapar. Aku merasakan kedua pipiku terbakar oleh malu.

"Hh... Taiyaki?"

Sambil menahan tawa, dia mengambil Taiyaki dan menawarkannya kepadaku. Aku malu-malu mengambilnya dan memakannya pelan-pelan mulai dari kepalanya. Enak juga..

"Manisnya..."

Kataku spontan karena kelezatannya. Taiyaki ini baru pernah kumakan, karena di LRD, makananku selalu diatur oleh Maya. Walaupun Maya kadang-kadang melanggarnya dengan membawakan makanan yang lezat-lezat. Ah, ngomong-ngomong aku lupa mengucapkan terima kasih.

"T-terima kasih."

Dia tersenyum, dan menawarkan Taiyaki lagi. Namun kurasakan seseorang memegang pundakku dari belakang.

"Urusan kita disini sudah selesai."

Spontan aku menoleh kebelakang.. Valent!

"Ya."

Tanpa kusadari, raut wajahku berubah menjadi sedikit gelap. Valent berjalan kembali ke LRD dan aku mengikutinya di belakangnya.

Sesampainya di LRD, aku mendapati Maya telah sampai duluan. Dia meminta maaf kepadaku karena ada urusan penting (perintah dari Valent). Tentu saja perintah Valent adalah prioritas, dan aku mengerti alasan tersebut.

Pada dasarnya, hari ini cukup indah, sampai Valent merusaknya.

Setelah itu aku menjalani rutinitas seperti biasa: pemeriksaan kesehatan, pengecekan kemampuan, dan berbagai pelajaran dasar. Kemudian aku memutuskan untuk tidur lebih awal karena lelah.


...


Aku terbangun karena mimpi yang aneh. Berbeda dengan mimpi buruk yang biasa kualami, aku memimpikan pria yang tadi siang. Aneh sekali.. Oh ya, aku lupa menanyakan namanya.

Setelah mulai sadar, aku menuju ke kamar mandi, dan kemudian menjalankan ritual kesukaan wanita : mandi.

Setelah mandi, baru saja aku hendak kembali tidur, sebelum kudengar suara alarm berdering, tanda ada penyusup masuk. Dan sekilas aku mengingat wajah pria itu. Eh? Kenapa ya?

Berdasarkan informasi dari penjaga, penyusup itu berada di Lantai V, Breeding Room. Sepengetahuanku, hari ini merupakan hari tugas dari Maya untuk mengawasi keadaan Chimera-Chimera yang ada di Breeding Room. Aku bergegas turun ke Lantai V tersebut, sambil berharap tidak terjadi apa-apa terhadap Maya.

Pintu elevator terbuka, dan kudapati beberapa penjaga tergeletak di lantai. Pintu ke Breeding Room telah dibuka dengan paksa.

Aku segera mengambil pistol dari penjaga yang tergeletak, lengkap dengan amunisi yang akan kugunakan. Kemudian aku berlari ke arah Breeding Room.

Di dalam Breeding Room, terdapat beberapa penjaga yang tergeletak di lantai. Namun aku tidak melihat adanya noda darah pada penjaga tersebut.

Perasaanku tidak enak.. Aku segera berlari menuju Control Room di ujung Breeding Room. Control Room merupakan sebuah ruangan yang cukup kuat untuk menahan serangan Chimera yang mengamuk. Peneliti biasanya menggunakan ruangan itu untuk membuat dan mengawasi Chimera.

Maya, semoga kamu tidak apa-apa.

Akhirnya aku sampai pada pintu Control Room. Dari luar, terdengar tawa mengerikan dari Valent. Aku memegang dadaku. Perasaanku semakin tidak enak.. Kemudian aku membuka pintu Control Room.

Aku tidak percaya apa yang kulihat:

Pria tadi siang, sekarang mengenakan jaket hitam. Ia memegang kepala Maya dengan tangan kanannya dan membakar Maya hidup-hidup! Apinya cukup besar hingga menutupi seluruh tubuh Maya!

"Maya!"

Aku berteriak karena terkejut akan kejadian ini. Kemudian pria tersebut melihat ke arahku.

"Kau.."

Pria itu terkejut setelah melihatku.

Terbakar rasa amarah, aku segera berlari ke arah pria tersebut...