January 30, 2011

Chapter 2-The High Priestest

Nasib selalu menghianatiku dalam hidupku.
Dan sekarang pun, ia kembali menghianatiku..

---

"Hahaha! Jadi benar, bahwa kau adalah seorang pembunuh!"

Valent tertawa histeris melihatku membakar Maya dengan tanganku. Dia menginjeksikan Lost Essence, katalis dari pembuatan Chimera, ke dalam tubuh Maya. Dan sekarang, aku membakarnya untuk menghentikan mutasinya menjadi Chimera.

Dan, seakan tidak cukup, kesialanku hari ini bertambah.

Pintu ke Control Room ini terbuka. Di depan pintunya terdapat seorang gadis yang kuharap tidak bertemu dengannya di sini.

"MAYA!"

Gadis itu berteriak histeris setelah melihatku sedang membakar Maya.

"Kau.."

Amarah terlihat di wajahnya. Gadis yang kuberikan Taiyaki tadi siang, sekarang sedang berlari ke arahku, penuh dengan rasa amarah dan rasa ingin membunuh yang kuat.

"Hahaha! Bagus, Amber!"

Jadi namanya Amber..

Valent tertawa karena merasa bahwa dirinya telah lolos dari situasi yang tidak menyenangkan. Chimera kebanggaannya kukalahkan dengan mudah. Dengan bantuan Elena, yang mengaku sebagai Dewi Kemakmuran Elenia, aku berhasil menyelamatkan beberapa 'kelinci percobaan' yang diculik dari Elenia.

Misiku hampir saja berhasil, sebelum Valent yang putus asa menginjeksikan Lost Essence ke diri Maya. Kejadian ini..seperti yang pernah kualami dulu.

Gadis itu telah sampai di depanku dan dia langsung menyerangku dengan tendangannya. Tentu saja aku menghindari tendangan tersebut. Arah tendangan itu mudah dibaca, karena dia termakan amarah.

Aku melepaskan Maya dan meninggalkan sedikit apiku yang membakarnya. Api yang kutinggalkan akan cukup untuk membakar sisa-sisa Lost Essence yang terdapat di dalam tubuhnya.

Serangan Amber sendiri tidak berhenti sampai di tendangan itu. Ia mengeluarkan pistolnya, dan kemudian menghujaniku dengan peluru. Aku berguling dan kemudian berlari dengan cepat ke arah samping untuk menghindari hujan tembakan itu.

Pada suatu saat, pelurunya habis. Amber segera melompat ke belakang sambil mengisi kembali pistolnya. Tentu saja itu adalah kesempatanku.

Aku segera berlari ke arahnya. Amber terkejut, karena dia tidak menduga bahwa aku cukup cepat. Kurang dari sedetik, aku sampai di depannya, dan kemudian mengeluarkan pedang yang daritadi kupegang dengan tangan kiriku. Dalam sekejap mata, aku menebas kedua pistol Amber dengan kecepatan yang mengagumkan.

Amber terkejut, dan memberikanku kesempatan untuk menyerangnya, namun aku tidak menyerangnya. Tak lama dia sadar dan melancarkan tendangan-tendangan ke arahku. Aku menghindarinya ke arah belakang, dan segera membuat sebuah jarak ke dirinya.

"Kenapa? Padahal kau bisa membunuhku dengan mudah!"

"Aku.. tidak akan melukai seorang wanita!"

Prinsipku.. atau lebih tepat disebut penebusanku.

"Lalu kenapa kau membakar MAYA!"

Teriak Amber marah. Dia seakan tidak percaya akan prinsipku.

"Mengenai itu.. Aku melakukannya karena hal tersebut diperlukan."

"Kenapa?! Kau membunuhnya karena hal tersebut diperlukan?"

Air mata.. keluar dari matanya yang indah, membasahi wajahnya yang imut.

"Membunuhnya? *hehe* Kenapa kau tidak memeriksa Maya terlebih dahulu."

Mendengar hal tersebut, Amber segera melihat ke arah Maya, yang telah dibersihkan dari Lost Essence (oleh apiku). Tentu saja, karena tujuan api tersebut bukan untuk membunuh, tubuh Maya tidak apa-apa, tidak terbakar sama sekali.

Aku berharap dia berhenti menyerangku. Aku benar-benar tidak ingin melukainya.

"B-bagaimana mungkin.."

Amber segera berlari ke arah Maya. Sementara, aku menyarungkan kembali pedangku.

"Maya! Kau tidak apa-apa?"

Amber mengguncang-guncangkan tubuh Maya. Dan Maya pun tersadar. Seperti yang tadi sudah kubilang, Maya tidak mati.

"Am-ber.."

"Maya!"

Amber memeluk Maya dan menangis terharu.

"Ah.. Seingatku, aku.."

Maya mengingat kembali kejadian sebelum dirinya kubakar.

"Bagaimana mungkin.."

Maya kebingungan akan keadaannya. Aku sendiri sedang berjalan ke arah Amber dan Maya.

"Aku menggunakan apiku untuk menghancurkan Lost Essence di tubuhmu."

Aku menjelaskan metodeku kepada Maya.

"Bedebah itu! Disaat terdesak melakukan hal tersebut kepadamu..."

Aku geram. Pengecut itu melarikan diri di tengah kesalahpahamanku dengan Amber.

"Valent!"

Amber terlihat marah. Kemudian dia berpaling ke arahku.

"T-terima kasih!"

Amber mengatakan itu dengan malu-malu. Dia telah kembali menjadi gadis imut yang tadi siang.

"Tidak apa-apa."

Aku tersenyum kepadanya.

"Lagipula, tadi kau marah sekali, sampai-sampai aku tidak bisa menjelaskannya."
"Ngomong-ngomong, tidak lama lagi tempat ini akan hancur. Sebaiknya kalian tinggalkan tempat ini secepatnya."

Aku menganjurkan hal tersebut kepada mereka. Memang, beberapa saat lagi LRD East ini akan hancur.. karena kesalahan Elena. Dia menyentuh tombol *yang seharusnya tidak disentuh* dan mengakibatkan generator fasilitas meleleh.

Aku kemudian berjalan ke arah pintu Control Room. Selama kejadian tadi, Valent telah lari dari Control Room. Aku harus menangkapnya hidup-hidup dan juga mengambil hasil penelitian Chimera miliknya.

"Hei!"

Amber memanggilku. Dia dan Maya berjalan menghampiriku.

"M-maafkan aku. Aku telah salah paham dan menyerangmu, um.."

Dia meminta maaf sambil tertunduk ke bawah. Imut sekali..

"Arctest. Silakan panggil aku Arctest."

Aku memperkenalkan diriku kepadanya.

"Iya.. Um.. Arctest."

Imut sekali gadis ini..

Kemudian aku berjalan bersama mereka ke arah elevator untuk melindungi mereka. Mengesampingkan Amber, Maya tentu saja merupakan target empuk dari Chimera-Chimera yang tadi telah dilepaskan Valent.

Aku merasakan adanya Chimera yang akan menyerang kami. Dan instingku benar, beberapa Chimera kecil menyerang kami.

"Tolong lindungi Maya!"

Aku menebas mereka satu persatu, sementara Amber (yang telah mengambil senjata dari mayat penjaga) menembaki Lost yang mendekat ke arahnya. Peluru yang ditembakkan olehnya, sepertinya berbeda dengan peluru biasa, karena dapat menghancurkan [Barrier] dari [Lost] tersebut.

Kawanan [Lost] tersebut dapat dikalahkan dengan mudah. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke arah elevator. Sesampainya di sana, aku melihat lampu 'B5' menyala, dan suara elevator terdengar. Aku segera menyiapkan diri, kalau-kalau keluar musuh dari dalam elevator itu.

Pintu elevator terbuka.. dan terdapat seorang gadis setengah manusia setengah serigala di dalamnya.

"Elena!"

"Hm? Arctest!"

Elena segera memelukku.

"Kenapa kau kembali ke sini?"

Seingatku, aku telah mengimstruksikannya untuk mengantar 'kelinci percobaan' sampai ke Elenia dengan selamat.

"Aku kan khawatir.. *lagi pula fasilitas ini akan hancur karena diriku* "

Bagian terakhir hampir saja tidak dapat kudengar karena suaranya terlalu kecil. Elena terlihat menyesal (?) dan telinga serigalanya terkulai ke bawah.

"Y-ya, tidak apa-apa."

Mau marah, tapi batal, karena Elena terlalu cantik. Kemudian aku mengusap-ngusap kepalanya.

"Hei! Jangan mengusap-ngusapku seakan-akan aku binatang peliharaanmu!"

Elena mencoba memukulku, namun aku menghindarinya. Merasa gagal, dia mencoba lagi, dan aku menghindarinya lagi.

"Kamu.. Saat wanita memukulmu, kamu harus menerimanya.."

Elena menggerutu kesal.

"Enak saja!"

---

Aku mengingat kembali saat dimana aku bertemu dengannya. Satu jam yang lalu, saat aku sedang mencari 'kelinci percobaan' (penduduk Elenia), aku mendengarkan seorang wanita meminta tolong dari belakang pintu Storage Room. Dan yang kulihat di dalamnya adalah, seorang gadis, setengah serigala, tidak sadarkan diri. Dia dirantai dengan rantai yang mengandung Sealing Magic yang biasa digunakan untuk mengikat monster.

Aku memotong rantainya dengan pedangku, dan seketika itu juga, ia sadar.

"Aku.. telah menunggumu..."

Dia mengatakan itu sebelum akhirnya kembali pingsan.
Kemudian, setelah sekitar lima belas menit, dia sadar dan memperkenalkan dirinya.

Elena, Dewi Kemakmuran kota Elenia.

Kemudian aku menarik informasi bahwa dia sedang berusaha menyelamatkan penduduk Elenia, walaupun akhirnya dia tertangkap dan diikat oleh Sealing Magic itu.

Pada akhirnya dia membantuku menyelesaikan misiku, yang sejalan dengan tujuannya.

---

Tiba-tiba terdengar sebuah suara tembakan . Aku segera mendorong Elena menjauh, sementara peluru itu mengenai tubuhku.

"Ugh.."

Walaupun jaket ini terbuat dari Mithril, tetap saja benturan dari peluru itu terasa sakit. Dan lagi, suara tadi bukan berasal dari sebuah pistol, tapi senapan laras panjang.

"Arctest!"

Elena dan Maya berteriak bersamaan, sementara Amber terlihat kaget. Amber langsung bersiaga dan mencoba mencari asal tembakan tersebut.

"Aku tidak apa-apa! Lebih baik kita segera keluar dari sini!"

Walaupun sebenarnya sakit, tapi aku memprioritaskan keselamatan mereka. Amber sepertinya terlatih untuk menghindar, tetapi Maya bukan seorang petarung dan Elena sendiri baru saja lepas dari segelnya satu jam yang lalu. Walaupun tadi aku telah melihatnya bertarung, Elena pada dasarnya tidak dapat bertarung dengan optimal.

Suara tembakan kembali terdengar. Aku refleks mendorong mereka berdua ke arah elevator. Amber sendiri sepertinya telah menyimpulkan bahwa lari untuk masuk elevator merupakan keputusan yang bijak. Dan pada akhirnya, kami berhasil masuk ke elevator dan naik ke lantai I.


Namun, tanpa diduga, seseorang telah menunggu kami di lantai I.

Pintu Elevator terbuka di lantai I. Kami segera keluar dan berjalan ke arah Lobi dari LRD-East ini.

Empat ekor Lost kecil, tiba-tiba berlari ke arah kami. Aku memusnahkan mereka sekali tebas, karena waktu kami semakin sempit. Kemudian kami terus berjalan, dan mendapatkan sesuatu yang tak terduga: Seorang pria besar, mengenakan seragam Anti-Lost, telah memenggal kepala Valent!

Darah berceceran dimana-mana. Menarik sekali.

Maya yang tidak kuat melihat mayat Valent, memegang mulutnya dengan refleks dan segera memalingkan wajahnya ke samping. Sementara Amber terlihat kaget. Mungkin menyesal karena sekarang tidak bisa memukul Valent, eh? Dan terakhir, Elena terlihat tidak peduli.

"Hoo. Apa yang kita dapatkan disini?"

Pria itu memecah kesunyian setelah semuanya shock melihat mayat Valent (yang pantas mati itu).

"Apa yang kaulakukan disini, gadis kecil?"

Aku melihat ke arah Amber dan Amber sendiri terlihat kaget. Mungkin Amber mengenalnya?

"Kau... Anti-Lost yang tadi pagi!"

"Kau mengingatnya? Bagus!"

Pria berbadan besar itu kemudian mengambil pedangnya yang tertancap di tanah. Dan kemudian dia melaju ke arah Amber, hendak menebasnya. Namun aku dengan cepat menahan serangannya dengan pedangku.

"Penyusup, rupanya."

"Anti-Lost membunuh anggota LRD? Menarik sekali."

"Hahahahaha! Itu termasuk misi kami disini. Temukan hasil penelitian Chimera dan hancurkan fasilitas ini. Dan jangan sampai ada saksi."

Konspirasi. Pasti ada seseorang dibelakang aksinya.

Kemudian aku menyiapkan [Attack Stance I - Observe], salah satu dari [Sword Mistress' Stances] yang telah kupelajari.

"Hoo.. Kuda-kuda yang menarik. Mari kita lihat, siapa yang terkuat diantara kita!"

Pria tersebut berlari membawa pedang besarnya ke arahku. Aku juga segera berlari ke arahnya, dan pedang kami pun saling beradu. Dia mengayunkan pedangnya secara vertikal dari atas dan aku berhasil menahan serangannya. Namun, benturan pedangnya penuh dengan tenaga dan aku menahannya sampai salah satu kakiku menyentuh tanah.

"Ho?"

Dia menambah tekanan pada pedangnya. Segera kubelokkan pedangnya ke tanah, dan kemudian memutar dari samping ke belakangnya untuk menebasnya. Namun pria tersebut mengetahui apa yang akan kulakukan. Dia berputar ke belakang pedangnya (yang tertancap ke tanah)dan menendang pedangnya. Seranganku gagal mengenai punggungnya.

Dia segera mengangkat pedang yang tertancap tersebut dan melakukan tebasan-tebasan menyerong dengan cepat. Dan, untuk menghemat tenaga, aku menghindari tebasan-tebasan itu dengan jarak setipis rambut.

Namun aku sadar, aku tidak akan menang jika hanya menghindari serangannya. Dan lagi, waktu kami untuk meloloskan diri semakin sempit. Karena itulah aku mencari sebuah celah..

Bukannya kesempatan yang kudapat, aku malah melakukan suatu kesalahan. Entah kenapa, aku merasa tidak bisa menghindari sebuah serangannya, dan malah menahan serangan itu dengan pedang. Tapi tubuhku terpental karena benturan pedang besarnya.

"Ugh.."

"Hoo.. Baru kali ini kulihat ada pedang yang tidak hancur setelah terkena serangan dari [Core Crusher] ini."

Apakah pedang itu salah satu dari.. Sword Relic? Di dunia ini terdapat tujuh Sword Relic, peninggalan peradaban kuno yang lebih maju daripada kita sekarang. Dan pedang yang kubawa, [Seiran], adalah Relic milik master.

"Arctest!"

Kali ini Elena meneriakkan namaku. Dia dan Amber hendak menyerang pria itu.

"Jangan menggangu pertarunganku dengannya!"

Pria itu mengangkat [Core Crusher] miliknya. Kemudian, [Core Crusher] tersebut bersinar pada jalinan Rune di badan pedangnya. Kemudian pria itu menancapkan [Core Crusher] ke tanah. Seketika itu juga, Amber dan Elena terjatuh ke tanah. Dan mereka berdua terlihat kesakitan, di tekan gravitasi.

"Apa yang kau lakukan!"

Aku marah, segera bangkit berdiri dan menebasnya dengan kecepatan maksimal. Pria itu
menghindari tebasanku dengan segenap kekuatannya, namun tetap mengenai wajah dan sebagian tubuhnya.

"Ugh.."

"Apa kau pikir dengan [Relic] itu kau bisa menang dariku?"

Amber dan Elena masih terlihat kesakitan ditekan gravitasi. Sepertinya seranganku tidak menghentikan kemampuan dari [Core Crusher] itu.

Aku akan mengakhiri ini secepatnya! Aku mengubah kuda-kudaku ke [Attack Stance II - Rush] dan melaju ke arah pria tersebut.

Aku melancarkan berbagai serangan dengan cepat, lima kali lebih cepat dari kecepatan awalku. Ini semua berkat [Seiran], yang memproduksi angin yang membantu pergerakanku. Dan pria tersebut kewalahan menghindari seranganku. Lebih dari separuh seranganku mengenainya.

"Kau!"

Pria itu mengangkat [Core Crusher] miliknya. Dan inilah saatnya!

Dalam sekali pengamatan, aku mengambil kesimpulan bahwa cara kerja [Core Crusher] adalah aktivasi, lalu ditancapkan ke tanah. Maka pada saat seperti inilah aku harus menyerangnya.

"Habislah kau.."

<Kyoufuu Kantsuu> adalah sebuah serangan yang akan menembus apapun. Dengan serangan ini, habis lah pria itu!

Namun, sebelum <Kyoufuu Kantsuu> mengenainya, pedangku tiba-tiba mental terkena tembakan. Dan pria tersebut tersenyum, penuh rasa kemenangan. Dia berhasil menancapkan Core Crushernya ke tanah. Dalam waktu singkat, kumpulan gravitasi menekan tubuhku, memaksa ku jatuh ke tanah.

"Apa yang kau lakukan, Rawl?"

Seorang pria berkacamata berjalan dari arah elevator. Dia mengenakan seragam Anti-Lost, dengan kerah berwarna merah, tanda seorang Kapten. Di tangan kanannya terdapat sebuah senapan laras panjang, yang menunjukkan bahwa dialah pelaku penembakan di depan Breeding Room tadi.

"Berhadapan dengan seorang pria dan tiga orang wanita, kau sampai terluka seperti itu?"

"Maafkan aku, Kapten. Dia memiliki sebuah [Relic]. Dan orang ini-"

"Akan kuselesaikan apa yang kau tidak bisa selesaikan.."

Si Kapten berjalan ke arah Amber dan Elena. Kemudian dia menatap mereka.

"Ha.. Hahahaha!"

Dia tertawa secara mengerikan. Seketika itu juga, dia menembakkan senapannya ke tangan Amber, kemudian ke tangan Elena. Dan keduanya berteriak kesakitan. Elena terlihat menangis, sementara Amber berusaha menahan rasa sakit. Di bawah pengaruh [Core Crusher] mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"Indah sekali.. Teriakan kesakitan.. Tangisan histeris.. HAHAHA!"

Kurang ajar! Dia adalah tipe orang yang mendapat kesenangan dari menyiksa orang lain!

"Hentikan itu!"

"Apa katamu?"

Si Kapten berjalan ke arahku. Dia terlihat terganggu.

"Diam kau!"

Dia menembakkan senapannya ke tanganku dua kali. Akupun menggertakkan gigiku, menahan sakit. Kemudian dia menginjak luka tembakan ditanganku berkali-kali. Namun, melihat diriku yang hanya terdiam menahan sakit, dia kecewa.

"Cih. Lebih baik kita sudahi saja permainan ini. Diam di situ, dan perhatikanlah dua temanmu ini mati."

Si Kapten berjalan kembali ke arah Amber dan Elena. Kemudian ia menodongkan senapannya ke kepala Amber. Amber yang pasrah pun menutup matanya.

Lagi-lagi ini terjadi.. Seseorang akan mati karena kecerobohanku.

Tapi tidak! Aku tidak akan membiarkan seorang pun mati!

Terpaksa.. Sepertinya aku harus menggunakannya...